Selasa, 13 November 2012
Rabu, 04 Juli 2012
Perbandingan PTN & PTS
PERBANDINGAN PERGURUAN TINGGI : | |||||
|
Sabtu, 30 Juni 2012
Makalah Pengawetan Tanah dan Air
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT berkat rahmat dan karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan Makalah ini.serta tidak lupa pula kita kirimkan salawat kepada Nabi besar Muhammad SAW Nabi yang membawa kita dari zaman jahiliah ke zaman modern sekarang ini.
Adapun maksud penyusunan makalah ini ialah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengawetan Tanah dan Air, selain itu penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan terutama pribadi penulis.
Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan baik secara moril maupun finansial, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih serta penghormatan yang begitu mendalam, diantaranya kepada bapak ibu dosen selaku pembimbing dan teman mahasiswa yang selalu memberikan dukungan.
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan di masa yang akan datang.
Mandalle, Maret 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan timbal balik. Di dalam pembangunan, manusia merupakan konsumen yang berperan aktif dalam proses pemanfaatan sumberdaya alam. Manusia sangat tergantung kepada sumberdaya alam dan kelestarian sumberdaya alam sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia. Upaya manusia untuk meningkatkan perekonomian harus disertai upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki kualitas lingkungan. Manusia sebagai komponen aktif dan pengelola lingkungan akan menentukan pola dan corak penggunaan lahan pada suatu wilayah DAS. Pertambahan penduduk identik dengan peningkatan kebutuhan. Hal ini akan menyebabkan bertambah besarnya tekanan kepada sumberdaya lahan dan perubahan penggunaan lahan ini juga dijumpai di kawasan lindung. Daerah berbukit dan terjal yang merupakan kawasan lindung digunakan penduduk menjadi areal pertanian tanpa menggunakan masukan agroteknologi yang sesuai. Tekanan ini akan menyebabkan pola penggunaan lahan dan proporsi lahan untuk areal pertanian akan bertambah besar sedangkan wilayah lindung akan semakin berkurang. Perubahan jumlah manusia dan bentuk kegiatannya akan mengakibatkan perubahan dalam penggunaan lahan dan selanjutnya akan menyebabkan perubahan dalam kualitas lingkungan. Perubahan lingkungan ini sering merupakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam sudah melampaui daya dukung lingkungan. Dampak yang sering terlihat adalah bertambahnya lahan kritis, meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi serta terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Perubahan penggunaan lahan ini dalam jangka pendek terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan manfaat langsung yang diperoleh tetapi pada sisi lain banyak manfaat dari perlindungan lingkungan dengan adanya kawasanlindung/berhutan yang tidak dihitung dalam pengambilan kebijakan untuk merubah penggunaan lahan (Crook dan Clapp, 1988). Hal ini memberikan gambaran bahwa 2 keinginan manusia untuk memperbaiki kehidupan ekonomi tidak berarti manusia boleh mengorbankan kelestarian lingkungan. Proses perubahan penggunaan lahan ini selain menghasilkan manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat juga tidak lepas dari resiko terjadinya kerusakan lahan akibat erosi, pencemaran lingkungan, banjir dan lainnya. Erosi akan menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk, penurunan kapasitas saluran irigasi, dan dapat mengganggu sistem pembangkit tenaga listrik. Erosi yang tinggi, banjir pada musim penghujan tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek bio-fisik sumberdaya alam dan lingkungan tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Erosi dan banjir dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Produksi pertanian, perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan air akan menurun. Upaya pencegahan banjir dan sedimentasi dapat dilakukan dengan perbaikan pola penggunaan lahan dan melakukan usaha konservasi tanah dan air. Upaya ini umumnya masih dilakukan parsial terutama karena aktivitas ini masih dihitung sebagai biaya sosial dan bukan sebagai aktivitas ekonomi yang menguntungkan. Untuk itu perlu dikembangkan evaluasi pola penggunaan lahan yang dapat mengurangi erosi, banjir tetapi secara ekonomi menguntungkan. Evaluasi ini harus juga mengukur nilai ekonomi dari manfaat atau kerugian lingkungan yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung. Peran penggunaan lahan dalam mengurangi dampak lingkungan dan memberikan manfaat ekonomi bagi penduduk masih membutuhkan kajian. Untuk mencari pola tataguna lahan yang optimal dibutuhkan penelitian pada berbagai pola tataguna lahan. Upaya ini membutuhkan waktu dan biaya besar, sehingga digunakan pendekatan analisis sistem. Dengan pendekatan sistem, apa yang akan terjadi bila digunakan perubahan pola tataguna lahan di suatu DAS dapat diketahui. Pendekatan system dapat dilakukan dengan menggunakan eksperimentasi atau simulasi sehingga pengaruh dari beberapa model penggunaan lahan terhadap banjir dan sedimentasi serta manfaat ekonomi dapat diketahui. Simulasi akan dikembangkan dengan model 3 ekosistem DAS yang merupakan gambaran abstrak dari keadaan DAS. Dengan demikian akan diketahui model penggunaan lahan yang paling sesuai dengan kondisi agroklimat dan kondisi sosial masyarakat dan secara ekonomi bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Daerah Aliran Sungai yang dipilih untuk penelitian ini adalah DAS Besai bagian hulu di DAS Tulangbawang, Lampung. Pemilihan daerah ini didasarkan beberapa pertimbangan, antara lain (i) Bagian hulu Sub-DAS Besai terdapat areal hutan lindung yang mulai digunakan penduduk sebagai areal kebun kopi; (ii) Di Sub-DAS Besai dijumpai beberapa investasi nasional seperti pembangkit listrik dan daerah irigasi di hilir (areal pertanian); (iii) perubahan penggunaan lahan di hulu dapat mengancam keberadaan fungsi hidrologis dari DAS Besai yang diperlukan masyarakat sehingga pengelolaan hulu menjadi prioritas penanganan.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisis evaluasi penggunaan lahan untuk perencanaan pengelolaan DAS dilakukan dua tahap yaitu analisis bio-fisik dan ekonomi. Dalam kajian ini dilihat hubungan antara konsep ekonomi lingkungan dengan dampak bio-fisik yang akan diukur dan dinilai dari suatu pola penggunaan lahan. Tahap pertama adalah analisis pola pola penggunaan lahan yang ada saat ini di DAS Besai. Analisis ini dimaksudkan untuk acuan penyusunan alternatif penggunaan lahan. Jika dalam analisis ini diperoleh informasi bahwa dampak pola penggunaan lahan yang ada menyebabkan erosi tinggi, sedimentasi tinggi dan fluktuasi debit besar maka dikembangkan atau disusun beberapa alternatif penggunaan lahan yang akan menyebabkan erosi dan sedimentasi kecil. Pada tahap ini dilakukan kajian dampak perubahan pola penggunaan lahan terhadap bio-fisik dan kimia lingkungan yang ada baik on-site maupun off-site dari beberapa alternatif pola penggunaan lahan. Pada tahapan ini akan difokuskan kepada dampak akibat perubahan penggunaan lahan terhadap erosi, sedimentasi dan debit di DAS
Besai. Dampak terhadap erosi dan sedimentasi dari alternatif pola penggunaan lahan yang dipilih adalah yang lebih rendah dari kondisi saat ini disamping juga memenuhi syarat erosi mendekati TSL. Analisis ini dilakukan untuk menjawab tujuan penelitian ke-1 dan ke-2 (point I) Tahap ke dua adalah penilaian dampak bio-fisik dalam nilai rupiah dan mengembangkan implementasi dalam perencanaan DAS. Penghitungan manfaat dalam nilai ekonomi ini dilakukan baik untuk dampak pada on-site maupun off-site. Tahapan ini dimaksudkan untuk menjawab tujuan penelitian ke-1 dan ke-2 (point ii dan iii). Analisis data yang dilakukan antara lain adalah :
• Data penggunaan lahan dianalisis dari data penggunaan lahan (BPN). Analisis pola penggunaan lahan saat ini untuk mellihat besar erosi, sedimentasi dan debit dilakukan dengan menggunakan model hidrologi ANSWERS. Hasil keluaran model dianalisis untuk melihat apakah model sudah menggambarkan kondisi DAS. Data hasil prediksi model dibandingkan dengan data lapang untuk menguji apakah parameter penyusun model sudah sesuai. Jika hasil menunjukkan kesesuaian parameter maka model digunakan untuk simulasi beberapa penggunaan lahan. Analisis pola penggunaan lahan saat ini akan menjadi acuan bagi penyusunan alternatif penggunaan lahan dan yang akan dipilih untuk analisis selanjutnya adalah pola penggunaan lahan yang menghasilkan erosi, sedimentasi yang kecil.
• Simulasi alternatif dari beberapa penggunaan lahan untuk melihat atau memperkirakan dampak perubahan penggunaan dan pengelolaan lahan pada komponen erosi dan aliran permukaan. Pada tahapan ini, simulasi diarahkan untuk memenuhi syarat erosi rendah. Modifikasi dilakukan pada parameter di dalam model ANSWERS yaitu pada parameter penggunaan lahan dan agroteknologi. Skenario dalam simulasi ditentukan atas dasar kemungkinan yang akan terjadi di DAS Besai dan upaya perbaikan konservasi tanah dan air.
• Data sosial ekonomi dianalisis untuk menentukan nilai ekonomi dari manfaat lingkungan untuk setiap parameter yang berbeda. Perhitungan manfaat atau biaya secara ekonomi dari dampak alternatif pola penggunaan lahan terpilih dilakukan dengan mengukur nilai produktivitas, harga bayangan dan lainnya.
Manfaat ekonomi pengelolaan DAS dari aspek nilai pilihan dan eksistensi, didasarkan pada penilaian responden yang bertempat tinggal di DAS Besai. Perubahan penggunaan lahan diduga berdampak pada berkurangnya ketersediaan air pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan. Kekurangan air akan menyebabkan masyarakat mengeluarkan biaya tambahan dan pada musim hujan air keruh dan mengandung polutan akibat erosi dan dapat menyebabkan diare. Jumlah masyarakat yang menderita sakit dan memperdalam sumur akibat adanya penurunan muka air, dibatasi pada penduduk yang berada di DAS Besai hulu (secara administratif berada dalam Kec. Sumberjaya) atau di desa-desa sekitar lokasi penelitiaan ini, pada periode Januari –Desember 1999.
BAB III
PENUTUP
Pedoman Persidangan PPNP
PEDOMAN PERSIDANGAN
LEMBAGA KEMAHASISWAAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
BISMILLAHIRROMANIRRAHIIM
BAB I
PENDAHULUAN
Metode berarti cara. Sedangkan persidangan dapat diartikan sebagai suatu forum yang menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah. Jadi pengertian dari metode persidangan itu sendiri adalah cara menyelesaikan suatu masalah dalam suatu forum berdasarkan hal / agenda yang telah dijadwalkan / dirumuskan sebelumnya.
Metode persidangan merupakan suatu metode yang dilakukan insan organisatoris dalam hal Membahas, merumuskan, memecahkan suatu permasalahan . sehingga acapkali Persidangan seperti sebuah media atau tempat untuk merumuskan suatu permasalahan yang muncul dalam suatu komunitas yang didalamnya mutlak terdapat beberapa perbedaan faham dan kepentingan yang ada didalamnya. Persidangan juga dibuat dalam rangka merumuskan hal-hal yang menjadi kebutuhan sebuah kelompok/organisasi dalam menjalankan tata kerja organisasi tersebut. Persidangan itu sendiri dibuat melalui mekanisme-mekanisme yang telah dibuat sebelumnya.Mekanisme yang ada didalam persidangan ini berfungsi untuk menjaga keteraturan setiap elemen yang ada didalam sidang tersebut agar persidangan dapat berjalan lancar secara harmonis dan kondusif.
BAB II
PERANGKAT PERSIDANGAN
Demi kelancaran sebuah persidangan, hendaknya didukung oleh beberapa perangkat-perangkat yang ada didalamnya, diantaranya adalah :
1. Pimpinan sidang adalah orang-orang yang telah ditunjuk sebelumnya oleh peserta sidang yang mempunyai tugas untuk mengarahkan sidang dan ,menetapkan hasil keputusan yang telah disepakati oleh seluruh peserta sidang. Pimpinan sidang terdiri dari 3 (tiga) orang, yakni pimpinan sidang ketua; pimpinan sidang sekretaris (notulen) yang bertugas untuk mencatat segala ketetapan yang telah disepakati dalam persidangan untuk kemudian diarsipkan; dan pimpinan sidang anggota yang mendampingi kedua pimpinan sidang ketua dan pimpinan sidang sekretaris.
2. Materi sidang adalah materi/konsep permasalahan yang akan dibahas didalam persidangan. Materi ini merupakan rangkuman dari beberapa pokok-pokok permasalahan yang ada dalam tubuh organisasi tersebut.
3. Peserta sidang adalah peserta yang mengikuti proses persidangan yang merupakan anggota dari organisasi tersebut. Peserta sidang ini nantinya merupakan penentu setiap kebijakan/keputusan dari permasalahan yang dibahas dalam persidangan.
Perangkat pendukung lainnya adalah palu sidang, alat tulis menulis dan pengeras suara.
Adapun beberapa jenis ketukan palu sidang yang dilakukan oleh pimpinan sidang ketua yakni : ketukan palu 1 kali, dilakukan untuk menyepakati keputusan forum. ketukan palu 2 kali, dilakukan untuk menskorsing/pending Sidang dan Peninjauan kembali. ketukan palu 3 kali, dilakukan untuk menetapkan hasil keputusan forum (konsideran) dari tiap agenda sidang.
Perangkat pendukung lainnya adalah palu sidang, alat tulis menulis dan pengeras suara.
Adapun beberapa jenis ketukan palu sidang yang dilakukan oleh pimpinan sidang ketua yakni : ketukan palu 1 kali, dilakukan untuk menyepakati keputusan forum. ketukan palu 2 kali, dilakukan untuk menskorsing/pending Sidang dan Peninjauan kembali. ketukan palu 3 kali, dilakukan untuk menetapkan hasil keputusan forum (konsideran) dari tiap agenda sidang.
BAB III
BENTUK PERSIDANGAN
Ada beberapa bentuk / model persidangan, antara lain yaitu:
1.bentuk U / tapal kuda
2.bentuk lingkaran
3.bentuk berpanjar
4.bentuk komisi
BAB IV
SPESIFIKASI PERSIDANGAN
Spesifikasi persidangan. Ada 2 macam sidang, yaitu:
1.Sidang formal
Dalam sidang formal, semua komponen-komponen sidang harus terpenuhi.
2.Sidang informal
Sedangkan dalam sidang informal, tidak harus memenuhi semua komponen sidang.
BAB V
1.Sidang formal
Dalam sidang formal, semua komponen-komponen sidang harus terpenuhi.
2.Sidang informal
Sedangkan dalam sidang informal, tidak harus memenuhi semua komponen sidang.
BAB V
KOMPONEN – KOMPONEN SIDANG
komponen-komponen sidang, antara lain:
1. Tempat atau ruang sidang
2. Waktu dan acara sidang
3. Peserta sidang
4. Perlengkapan sidang
5. Tata tertib sidang
6. Pimpinan dan sekretaris
Untuk sidang formal, keenam komponen tersebut semuanya harus dipenuhi. Sedangkan untuk sidang informal, tidak semua komponen tersebut harus dipenuhi. Biasanya yang tidak dipenuhi dalam sidang informal yaitu palu sidang dan notulen.
1. Tempat atau ruang sidang
2. Waktu dan acara sidang
3. Peserta sidang
4. Perlengkapan sidang
5. Tata tertib sidang
6. Pimpinan dan sekretaris
Untuk sidang formal, keenam komponen tersebut semuanya harus dipenuhi. Sedangkan untuk sidang informal, tidak semua komponen tersebut harus dipenuhi. Biasanya yang tidak dipenuhi dalam sidang informal yaitu palu sidang dan notulen.
BAB VI
MACAM – MACAM SIDANG
macam-macam sidang dalam persidangan antara lain :
1. Sidang Umum Yaitu sidang yang sudah diagendakan sebelumnya.
2. Sidang Istimewa Yaitu sidang yang membiacarakan masalah-masalah khusus.
3. Sidang Luar Biasa Adalah sidang yang tidak terjadwalkan. Contohnya yaitu bila presiden meninggal dunia, maka akan dilaksanakan sidang luar biasa.
4. Sidang pleno yaitu sidang yang dihadiri oleh seluruh peserta sidang untuk menetapkan dan mengesahkan hasil – hasil sidang. Termasuk kedalam kategori sidang ini adalah : Sidang pendahuluan yang biasanya untuk menetapkan jadwal, tata tertib dan pemilihan presidium sidang. Sidang pleno, biasanya di tengah persidangan untuk mengesahkan laporan pertanggungjawaban yang dipimpin oleh presidium sidang.
5. Sidang komisi adalah sidang yang diikuti oleh peserta terbatas (anggota komisi), sidang ini diadakan untuk pematangan materi sebelum diplenokan, yang dipimpin oleh pimpinan komisi.
BAB VII
ISTILAH SIDANG
Ada beberapa istilah-istilah dalam sidang. Istilah-istilah tersebut adapun diantaranya:
Ada beberapa istilah-istilah dalam sidang. Istilah-istilah tersebut adapun diantaranya:
1. Pending
Merupakan penundaan sidang juga, namun waktunya jauh lebih singkat. Skorsing sidang biasanya dilakukan pada saat masuk waktu ishoma
2. Skorsing
. Yaitu penundaan sidang selama beberapa waktu tertentu.
3. Interupsi
Yaitu mengeluarkan pendapat tanpa ijin moderator dan memotong pembicaraan orang lain.
a. Interupsi Poin of Order
Dilakukan jika terdapat disfungsi peserta sidang (termasuk petugas” sidang) yang dianggap mengganggu jalannya persidangan.
b. Interupsi Poin of Clarification
Dilakukan jika terdapat penyampaian pendapat atau informasi yang butuh klarifikasi.
c. Interupsi Poin of Information
Dilakukan untuk menyampaikan informasi tambahan yang dianggap membantu maupun informasi yang sifatnya tehnis.
d. Interupsi Poin of Personal Previllage
Dilakukan jika terdapat pendapat yang terlalu menyudutkan pihak tertentu, diluar substansi permasalahan
Catatan :
1. Tidak ada interupsi diatas interupsi
2. Tidak ada interupsi disaat sunyi”
3. Pimpinan sidang menguasai sirkulasi penyampaian pendapat
4. Klarifikasi
Mengeluarkan statement / pernyataan tertentu yang bertujuan untuk memperbaiki kesalahan. Klarifikasi dilakukan apabila terjadi kesalahpahaman tentang sesuatu.
5. Find of order
Penyampaian pendapat yang tidak berhubungan dengan sidang.
6. Kuorum
Yaitu banyaknya jumlah peserta yang harus hadir untuk mencapai kesepakatan. Biasanya 2/3 dari keseluaruhan jumlah peserta.
7. Peninjauan Kembali
Cara untuk merubah sesuatu yang dianggap keliru.
8. Perbaikan Redaksi
Penyampaian pendapat setelah opsi ditutup
9. Opsi
Penyampaian pendapat berupa solusi dari permasalahan
10. Voting
Merupakan prosesi pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak setelah jalan musyawarah mengalami kebuntuan. Dengan menjumlah peserta yang dominan, atau ½ jumlah keseluruhan + 1 orang peserta.
11. Lobying
merupakan proses diskusi antar peserta sidang diluar pengaturan pimpinan sidang.
12. Pencerahan
merupakan upaya seorang peserta sidang untuk meluruskan kesalah fahaman yang terjadi antara peserta sidang yang lain.
BAB VIII
KETUKAN PALU SIDANG
Di samping istilah-istilah sidang yang perlu kita ketahui, kita juga perlu mengetahui makna dari ketukan palu sidang, karena palu sidang tidaklah diketuk tanpa makna. Ada 4 macam ketukan palu sidang berdasarkan banyaknya ketukan, yaitu:
A. 1 kali ketukan
Berfungsi untuk mengesahkan keputusan yang bersifat sementara.
B. 2 kali ketukan
Untuk menskorsing, pending, PK dalam suatu forum
C. 3 kali ketukan
Untuk mengesahkan keputusan yang sifatnya sah dan tidak dapat diganggu gugat serta
membuka sidang dan menutup sidang
D. ketukan berkali-kali
Untuk meminta perhatian peserta dan menegur peserta sidang yang ribut agar diam.
BAB IX
PROSEDUR PENGALIHAN SIDANG
1. Membuka dan menutup sidang :
a. Membuka sidang
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, sidang resmi saya buka” Lalu ketuk palu 3 kali.
b. Menutup sidang
“Dengan mengucapkan alhamdulillahirrabbilalamin, sidang resmi ditutup”
Lalu ketuk palu 3 kali.
2. Tata cara penyerahan / pengalihan sidang:
a. Penyidang lama:
“Dengan ucapan alhamdulillahirrabbilalamin, pimpinan sidang yang lama saya serahkan pada pimpinan sidang yang baru
Lalu ketuk palu 1 kali.
b. Penyidang baru:
“Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim pimpinan sidang yang baru saya terima pada pimpinan sidang yang lama
Lalu ketuk palu 1 kali.
3. Proses Skorsing :
a. skorsing sidang
“Dengan ucapan alhamdulillahirrabbilalamin. sidang Saya skorsing 2x 5 menit Lalu ketuk palu 2 kali.
b. Mencabut Skorsing Sidang
“Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim. skorsing sidang Saya cabut
Lalu ketuk palu 2 kali.
4. Proses pending
a. Pending sidang
“Dengan ucapan alhamdulillahirrabbilalamin, sidang Saya pending selama 1 x 24 Jam” atau dari pukul ……. Sampai pukul ……….
Lalu ketuk palu 2 kali.
Lalu ketuk palu 2 kali.
b. Mencabut pending Sidang
“Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim. pending sidang Saya cabut
Lalu ketuk palu 2 kali.
5. Proses PK
a. P K sidang
“Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, sidang Saya nyatakan resmi di PK”.
Lalu ketuk palu 2 kali, atau
“Dengan ucapan bismillahirrahmanirrahim, bab ……. Pasal …… ayat …… poin ……….. dengan resmi Saya nyatakan di P K”.
Lalu ketuk palu 2 kali.
b. Mencabut PK sidang
“Dengan ucapan alhamdulillahirrabbilalamin, P K Saya nyatakan resmi di cabut”.
Lalu ketuk palu 2 kali
BAB X
ETIKA PERSIDANGAN
A. Arti Strategis dan Nilai dari Persidangan
1. Sebagai alat Pemecahan Masalah
2. Sebagai Pemersatu dalam Dinamika Pemikiran
3. Ciri khas masyarakat intelektual
4. Hakekat Etika persidangan adalah mencakup tata cara berinteraksi yang sopan, serta menjalankan Teknik dalam Persidangan.
B. Etika Khusus Bersidang
1. Menekan kemunculan pendapat yang bersifat subjektif
2. Menghindari timbulnya masalah baru
3. Menjaga agar proses persidangan tetap pada garis penyelesaian masalah, bukan “adu argumen”.
4. Melahirkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan semua peserta sidang
5. Demi kenyamanan bersidang
BAB XI
KETENTUAN TAMBAHAN
Hal-hal yang belum termaktub dalam pedoman persidangan ini akan dibahas dalam aturan tambahan selama tidak bertentangan dengan Pedoman Persidangan dan AD/ART lembaga kemahasiswaan.
BAB XII
PENUTUP
Pedoman persidangan yang mengacu pada AD/ART Lembaga Kemahasiswaan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya pada Musyawarah Besar lembaga kemahasiswaan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep dan akan ditinjau kembali bila terdapat kekeliruan di dalamnya.
Ditetapkan di : Pangkep
Hari / Tanggal : selasa, 10 januari 2012
Waktu / pukul : 23.20 WITA
Mustakim Dirham Bakri hasbir
Presidium Sidang I Presidium Sidang II Presidium Sidang III
Menyetujui,
Direktur
Pembantu Direktur III
Abdul Muthalib, SP., MP.
NIP. 19700331 199703 1 002
Langganan:
Postingan (Atom)